Está en la página 1de 70

TUGAS BAHAN BANGUNAN ASPAL

Dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Bahan Bangunan Semester IV Jurusan Teknik Sipil

Suhartono Wijaya NIM. 0610 3010 069 KELAS 4 SI C

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG 2012

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

TUGAS BAHAN BANGUNAN ASPAL

Dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Bahan Bangunan Semester IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya

Palembang, April 2012 Dosen Pembimbing

Mahmuda . ST

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Adapun maksud penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Fisika Terapan pada jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. RD. Kusumanto, S.T., M.M., selaku Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya. 1. Zainuddin, S.T. , M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil. 2. Mahmuda . ST selaku Dosen Pembimbing. 3. Kedua orang tuaku, saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan bantuan serta dorongan moral dan material kepada penulis. 4. Rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas ini. Dan penulis mengharapkan agar makalah ini dapat menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan masyarakat, dan berguna bagi rekan-rekan sekalian.

Palembang, April 2012

Penulis

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

ASPAL 1.1 Pengertian Aspal Aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral. Bitumen adalah bahan yang berwarna coklat hingga hitam, berbentuk keras hinga cair, mempunyai sifat lekat baik, leleh cs2 dan ccl4 dan mempunyai sifat berlemak dan tidak larut dalam air.atau aspal adalah material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur (flexible pavement), jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat aggregat karena mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kedap air dan mudah dikerjakan. Sedangkan Ter yaitu cairan yang diperoleh dari mineral organis seperti kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada suhu tinggi tanpa zat asam. Kegunaan ter sebagai lapisan permukaan jalan. Aspal mempunyai 2 macam yaitu : 1. Aspal Alam Aspal alam yang dikenal dengan aspal buton (ASBUTON). Yang dimaksud dengan asbuton adalah jenis aspal alam yang berupa batu dan terdiri dari mineral dan bitumen. Dan ditemukan dipulau buton, sulawesi tenggara. Asbuton berasal dari endapan minyak bumi yang mengalami proses destilasi alam yang lama dan terus-menerus. Di Indonesia, jenis aspal ini banyak terdapat di Pulau Buton, sehingga aspal alam ini sering disebut Butas ( Buton Aspal). Proses terjadinya: Sebelum di proses lebih lanjut, aspal alam ini terdapat di alam terbuka sebagai batuan sehingga biasa disebut batuan aspal / aspal batu (rock asphalt) atau batuan yang bersifat aspal ( asphaltic rock). Dalam bentuk aslinya, Butas di P. Buton (Sulawesi Tenggara) berbentuk sebagai lapisan batu berwarna hitam yang kadang-kadang muncul di atas tanah sebagai gunung kecil. Butas ini dapat terjadi karena pada daerah tersebut banyak mengandung minyak mentah dengan kadar aspal yang cukup tinggi (asphaltic base crude oils). Minyak yang mengandung aspal (bitumen) ini dapat keluar dari bumi akibat adanya tekanan yang disebabkan oleh proses geologi, kemudian meresap diantara celah-celah lapisan serta batuan yang poros (poreous). Oleh karena terjadinya Butas disebabkan dari proses alam seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka akibatnya kandungan aspal pada batuan jumlahnya tidak me nentu, artinya kandungan aspal pada batuan sangat bervariasi ada yang kandungannya sedikit dan ada kandungan aspalnya yang banyak. Di dalam prakteknya, batuan aspal yang ditambang harus diseleksi dulu serta dipilih dari batuan yang memiliki kandungan aspal minimum 25 %. Karena aspal memiliki sifat termoplastis, maka akibatnya batu aspal ini memiki beberapa sifat diantaranya pada temperatur dingin yaitu pada malam dan pagi hari dengan temperatur 28o ke

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

bawah bersifat getas dan mudah pecah. Sebaliknya pada siang hari dengan temperatur 30o ke atas, batu aspal bersifat liat/ulet dan agak sukar untuk dipecah. Oleh karena itu pemecahan batu aspal sebaiknya dilakukan pada malam hari atau pagi hari. Kalau dilakukan pada siang hari sebaiknya harus dilakukan pada tempat yang teduh atau beratap. Karena umur dari batu aspal (yang ditambang) sudah terlalu tua, maka biasanya aspal yang dikandung sudah kehilangan sifat plastisnya. Tapi justru batu aspal seperti inilah yang mudah dikerjakan dari pada jenis batu aspal yang sifatnya plastis yang masih banyak mengandung minyak. Sebaliknya untuk keperluan pengaspalan jalan dibutuhkan aspal yang agak cair supaya mudah pengerjaannya dan bersifat lentur, sehingga tahan terhadap getaran dan pukulan roda kendaraan. Oleh karena itu pada batu aspal/butas perlu ditambahkan flux oil (minyak pengencer) yang mengandung minyak mentah sehingga aspalnya menjadi lebih encer (diremajakan). Batu butas yang banyak dipergunakan sekarang kira-kira mengandung bagian-bagian sebagai berikut : Aspal murni (bitumen) berat rata-rata sekitar 30 % Debu kapur (debu mineral) 55 % Pasir 15 % Dari hasil penelitian pada butas dapat diambil kesimpulan : Kadar bitumen sangat bervariasi Kualitas bitumen ber beda-beda Komposisi batuan ber beda-beda Berdasarkan kadar bitumen yang dikandungnya, Butas dapat dibedakan atas B25, B30, B35, B40. Sebagai contoh untuk Butas B30, berarti butas tersebut memiliki kadar bitumen rata-rata sebesar 30 %. Sifat asbuton dalam campuran : Asbuton berperan sebagai : o Bahan pengikat., karena adanya bitumen o Bahan pengisi, karena adanya mineral dalam asbuton Asbuton bukan benda cair seperti aspal minyak, sehingga menimbulkan beberapa kesukaran dalam pelaksanaan, yang antara lain ; o Memerlukan cara yang khusus, agar diperoleh derajat kepadatan yang memadai. o Homogenitas campuran yang dapat dicapai tidak seperti pada aspal minyak. Untuk meremajakan bitumen asbuton siberi flux oli

Jenis produk asbuton Klasifikasi menurut kadar bitumen. Dari hasil pemeriksaan, produk asbuton dibagi dalam : a. Asbuton B-10 = kadar bitumen 10 % ( 9 - 11 % )

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

b. Asbuton B-13 = kadar bitumen 13 % ( 11,5 14,5 % ) c. Asbuton B-16 = kadar bitumen 16 % ( 15 - 17 % ) d. Asbuton B-20 = kadar bitumen 20 % ( 17,5 22,5 % ) e. Asbuton B-25 = kadar bitumen 25 % ( 23 - 27 % )

f. Asbuton B-30 = kadar bitumen 30 % ( 27,5 32,5 % ) Klasifikasi menurut ukuran mineral : a. Mineral berukuran debu sampai ukuran pasir halus. b. Mineral berukuran debu, pasir halus sampai pasir kasar ( sandy asphaltic rock ). c. Mineral berukuran debu, pasir halus, pasir kasar, dan kerikil ( conglomerat asphaltic rock ). Klasifikasi menurut jenis kapur : a. Mineral dari kapur globegerine ( fosil binatang laut ) : Bentuk seperti batu warna hitam. Pada udara dingin rapuh dan mudah pecah. Pada udara agak plastis sukar dipecah. b. Mineral dari kapur mergel ( kapur mengandung lempung ) Benda plastis berwarna hitam Sifat plastis sukar ditambang. 2.Aspal Buatan Bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan minyak bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan disebut dengan : paraffin base crude oli. Aspal buatan terdiri dari berbagai bentuk yaitu : a. Aspal Padat Hasil penyulingan minyak bumi yang kemudian disuling sekali lagi pada suhu yang sama tetapi dengan tekanan yanf rendah (hampa udara) sehingga dihasilkan bitumen yang disebut straightrun. Penggunaan aspal padat dapat digunakan untuk hampir seluruh pekerjaan pelaksanaan lapisan perkerasan aspal, mulai dari pelapisan permukaan s/d pekerjaan konstruksi pekerjaan jalan yang bernutu tinggi seperti lapisan aspal beton. b. Aspal Cair Aspal keras yang dicampur dengan pelarut. Jenis apsal ini tergantung dari jenia pengenceran yang digunakan untuk mencampur asapal keras tersebut.

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Jenis-jenis aspal cair : Aspal RC ( Rapid Curing ) Aspal cair yang cerap mengeras yang merupakan jenis aspal yang akan dengan cepat mengendap, merupakan aspal keras yang dicampur dengan bensin (bahan yang cepat menguap) Aspal MC ( Medium Curing ) Jenis aspal yang akan mengendap dalam waktu sedang, merupakan aspal keras yang dicampur dengan kerosin dan minyak tanah (bahan pelarut yang menguap sedang). Aspal SC ( Slow Curing ) Jenis aspal yang akan dengan lambat mengendap, merupakan aspal keras yang dicampur dengan residu dari pengilangan pertama dengan menggunakan diesel dan solar (bahan pelarut yang menguapnya lambat). Penggunaan aspal cair sama sepertinya denagn aspal padat (kadar asapal alam 300c + minyak). c. Aspal Emulsi Aspal cair yang lebih cair dari aspal cair umumnya dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal emulsi terdiri dari butir-butir asapal halus dalam air yang diberikan muatan listirk, sehingga butir-butir aspal tersebut tidak bersatu dan tetap berada pada jarak yang sama. Aspal emulsi dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu : Aspal Emulsi Anionik Aspal emulsi yang diberikan muatan listrik negatif, terdiri dari MC (labil), MS (agak stabil) dan MC (stabil). Aspal Emulsi Kationik Aspal yang bermuatan listrik positif sehingga baik untuk digunakan melapasi batuan netral dan alam seperti batuan andesif yang tersiri dari :MCK (bekerja cepat), MSK (bekerja kurang cepat), dan MLK (bekerja lamban). Aspal Emulsi Nonionik Aspal emulsi yang tidak bermuatan listrik, karena tidak mengalami proses ionisasi. Penggunaan Aspal Emulsi dapat digunakan pada hampir semua kegunaan dari dari aspal padat bahkan lebih luas dan dapat digunakan dimana tidak dapat digunakan asapal padat. Secara umum aspal emulsi direncanakan untuk penggunaan spesifik, seperti ; Aspal Emulsi RS ( Rapid Setting ) Direncanakan untuk bereaksi secara cepat dengan agregat dan berubahnya emulsi ke aspal. Aspal Emulsi MS ( Medium Setting )

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Direncanakan untuk pencampuran dengan agregat kasar, karena jenis ini tidak akan memecah jika berhubungan dengan agregat sehingga campuran ini tetap dapat dihamparkan dalam beberapa menit. Aspal Emulsi SS ( Slow Setting ) Direncanakan untuk pencampuran dengan stabilitas max, digunakan dengan agregat bergradasi padat dan mengandung kadar agregat halus yang tinggi.

SIFAT-SIFAT ASPAL 1. Sifat Kimia Suatu campuran antara terutama bitumen, serta bahan mineral lainnya, sehingga sifat yang paling menentukan didalam aspal adalah terutama sifat bitumenya itu. Aspal berupa suatu campuran koloid, dimana butir-butir yang merupakan bagian yang padat disebut asphalthene yang berada didalam masa cair yang disebut maltene. Maltene itu sendiri terdiri dari senyawasenyawa : basa nitrogen, acidaffin-satu, dan parrafin. Sifat-sifat dari bahan campuran yang ada didalam aspal atau bitumen ialah Asphaltene merupakan bahan utama memiliki sifat kekerasan Damar (resin) menyebabkan adanya sifat lekat serta liat (ductile) Minyak menyebabkan sifat plastis sampai cair, sehingga aspal atau bitumen memiliki sifat viskositet dan kelembekan. 2. Sifat Fisis Sifat fisis aspal yang terutama untuk dipakai dalam konstruksi jalan ialah : o Kepekatan ( konsistensi ) Hubungan antara suhu dan kepekatan/ konsistensi Bila 2 macam aspal yang satu adalah blown asphalt dan satu lagi adalah aspal biasa untuk jalan (paving asphalt). Jadi dari keadaan tersebut terlihat bahwa paving asphalt lebih terpengaruh oleh suhu dibandingkan dengan blown asphalt. Pengukuran kepekatan / konsistensi. Dikenal ada 4 cara pengukuran kepekatan/konsistensi, yang bisa dipakai yaitu: 1. Cara uji Viskositet Furol Suatu cara uji yang spesifik untuk mengukur viskotet bahan-bahan aspal. Maka makin tinggi angka viskotet furol pada suatu suhu tertentu, makin pekat bahanya. Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

2. Cara uji Penetrasi Mengukur kedalaman masuknya suatu jarum yang ukurannya tertentu, dengan berat 100 gr, dalam waktu 5 detik dengan jarak 10 mm atau 1 cm. jadi hubungan antara penetrasi dan konsistensi, sebenarnya merupakan angka kebalikan, sebab makin tinggi angka pentrasi, makin lembek aspalnya. 3. Cara uji Kambangan ( Float Test ) Bahan aaspal yang lebih pekat atau lebih kental dari grade 3000, termasuk aspal jenis residu hasil penyulingan minyak yang lambat mengeras (aspal SC), dan jenis aspal tertentu yang kadang-kadang diperlukan untuk pembuatan jalan, Untuk menguji ini dengan cara kambangan. Waktu yang diperlukan (dalam detik) untuk menyebabkan air dapat menyumbat aspal tadi, disebut angka float. Makin tinggi harga angka ini, makin kental aspalnya. 4. Cara uji Viskoditet Kinematik. Cara penentuaannya dengan menggunakan gaya berat cairan yang mengalir melalui viscometer.

o Ketahanan lama atau ketahanan terhadap cuaca. Sifat-sifat aspal yang ada hubungannya dengan ketahanan lama atau pengaruh pelapukan ialah : Titik Lembek Dengan cara pakai cincin dan bola baja untuk penentuan titik lembek. Titik lembek hendaknya lebih dari 650c, agar pengaruh panas sinar matahari tidak terlalu besar baginya untuk melelehkannya. Oksidasi dan penguapan Perusakan secara kimia terhadap aspal akibat serangan oksigen dari udara. Penguapan ini terdiri senyawa hydrokarbon yang ringan dari dalam aspal. Pengaruh kedua peristiwa itu mengakibatkan aspal akan mengeras, yang dapat diuji dengan cara penetrasi atau menguji kekentalanya. Pengaruh Suhu Derajat oksidai dan penguapan, akan dipercepat bila suhu dinaikkan. Biasanya perkirakan bahwa setiap kenaikan 100c reaksinya akan berlipat 2 kali. Pengaruh Luas Permukaan Makin luas bidang permukaan suatu aspal akan makin cepat ia mengeras. Oleh karena itu untuk pembuatan hamparan jalan dari campuran aspal agar

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

lebih stabil, maka perlu diushakan agar hamparan itu, memiliki rongga-rongga udara sekecil mungkin, agar oksidasi akan terjadi lebih kecil. Pengaruh Sinar Matahari Sinar matahari juga pengaruh terhadap ketahanan lama. Dengan sinar gelombang pendek atau sinar actinik, merusak/merobah molekul aspal, menjadi air dan senyawa yang larut dalam air. Pengaruh Susunan Kimia Sifat kimia ini dapat mempengaruhi sifat ketahanan terhadap gesekan / abrasi. Aspal yang dibuat Proses Kraking Cara cracking ini akan lebih cepat rusak pengaruh cuaca sebab dalam aspal ini, banyak mengandung senyawa hydrokarbon yang tidak jenuh.

o Derajat pengerasan ( Rate of Curing ) Rate of curing dipengaruhi oleh : 1. penguapan dari bahan pelarut / pengencer. 2. jumlah pelarut / pengencer dalam aspal cair. 3. angka penetrasi dari aspal dasar yang dicairkan. Faktor luar yang mempengaruhi kecepatan pengentalan ialah : 1. suhu sekeliling. 2. luas permukaan penguapan atau perbandingan antara luas permukaan dan volumenya. 3. kecepatan angin yang melalui permukaan. o Ketahanan terhadap pengaruh air Sifat tahan lama aspal untuk hamparan jalan tergantung sekali pada kemampuannya untuk dapat melekat dengan baik kepada butir agregat yang dicampurkan dengan suasana basah (ada air). Kehilangan daya lekat aspal terhadap agregat, akan mengakibatkan rusaknya hamparan jalan tersebut. 3. Sifat fisis lainnya. Beberapa sifat fisis lainnya yang perlu diketahui dan sering dilakukan pengujiannya : o Berat jenis Cara penentuannya, biasanya aspal padat mengunakan alat piknometer (untuk mengukur berat serta volumenya) sedangkan untuk aspal cair mengunakan alat areometer (kurang teliti tetapi cepat). o Duktilitas ( keliatan ) Ductility merupakan angka perpanjangan dari benda coba akibat perbaikan, sampai putus dinyatakan dalam cm. Aspal dengan angka ductility yang rendah

10

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

dapat mengalami retak akibat lapisan aspal itu akan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Sifat ductility ini dipengaruhi oleh sifat kimia aspal. o Titik nyala Untuk menentukan pada suhu mana aspal itu akan menyala, untuk menjaga pada suhu mana aspal tersebut dapat dipanasi tanpa berbahaya. Pengujianya dilakukan dengan alat penentu titik nyala model bejana terbuka. o Uji kelarutan Uji ini biasanya untuk menguji kemurnian aspal , dimana aspal kemungkinan mengandung bahan tak larut (garam, kotoran abu, karbon atau mineral lainnya). o Uji penyulingan Untuk memisahkan bahan-bahan lain yang dapat dipisahkan dari aspal, misalnya jenis pelarut yang berbeda penguapanya. 4. Pengujian bagi aspal emulsi Ada beberapa pengujian bagi aspal emulsi, untuk mengetahui sifat serta mutu dan kemampuanya sebagai bahan perekat adalah : o Uji pecahnya emulsi Pengujian ini ialah untuk mengetahui cepat atau lambatnya emulsi akan pecah/terurai bila berhubungan dengan bantuan. Cairan cacl2 encer untuk menguji Rapid Setting Emulsion, dan cairan yang pekat untuk menguji Slow Setting Emulsion. o Uji pengendapan ( Settlement Test ) Pengujian ini untuk mengetahui kestabilan emulsi aspal, biala emulsi itu disimpan tidak akan terjadi pengendapan. o Uji kehalusan Pengujian ini mengetahui, apakah dalam emulsi itu betul-betul butir aspal terbagi dalam butir yang kecil, tidak ada aspal yang menggumpal dalam ayakan yang dipakai ukuran 20 mesh. o Uji pencampuran Menguji kemampuan terutama bagi jenis Slow Setting Mulsified Asphalt, mengenai kemampuanya diaduk dengan berbagai macam aggregat. o Uji kelekatan dan ketahanan air Melihat kemampuan emulsi aspal dapat melekat dengan baik pada agregat, serta lekatan itu akan tetap kuat meskipun ada gangguan air. o Uji penyulingan Dengan cara menyuling emulsi aspal, kemudian dapat memisahkan bahan-bahan yang ada didalam aspal itu karena perbedaan suhu penguapanya. o Uji muatan listrik pada partikel emulsi

11

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Untuk mengetahui apakah emulsi bersifat anion atau kation. Sehingga jenis aggregat yang mana yang cocok untuk emulsi tersebut. o Uji ph ( keasaman atau keabasaan ) Untuk mengetahui derajat keasaman (ph > 7) dari emulsi kation untuk jenis slow setting.

HOT MIX ASPHALT Aspal Beton Hot MIX Aspal Beton (Hotmix) adalah campuran agregat halus dengan agregat kasar, dan bahan pengisi ( Filler ) dengan bahan pengikat aspal dalam kondisi suhu panas tinggi. Dengan komposisi yang diteliti dan diatur oleh spesifikasi teknis. Jenis Aspal Beton ( HOTMIX ) Berdasarkan bahan yang digunakan dan kebutuhan desain konstruksi jalan aspal Beton mempunyai beberapa jenis Antara Lain: 1. Binder Course ( BC ) dengan tebal minimum 4cm biasanya digunakan sebagai lapis kedua sebelum wearing course. 2. Asphalt Traeted Base ( ATB ) dengan tebal minimum 5 Cm digunakan sebagai lapis pondasi atas konstruksi jalan dengan lalu lintas berat / Tinggi. 3. Hot Roller Sheet ( HRS ) / Lataston / laston 3 dengan tebal penggelaran minimum 3 s/d 4 cm digunakan sebagai lapis permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas sedang 4. ( FG ) Fine Grade dengan tebal minimum 2.8 cm maks 3 cm bisanya digunakan untuk jalan perumahan dengan beban rendah. 5. Asphalt Traeted Base ( ATB ) dengan tebal minimum 5 Cm digunakan sebagai lapis pondasi atas konstruksi jalan dengan lalu lintas berat / Tinggi.klik salah satu baner di bawah penjelasan ini. 6. Sand Sheet dengan tebal Maximum 2.8 cm biasanya digunakan untuk jalan perumahan dan perparkiran. 7. Wearing Course ( AC ) / Laston dengan tebal penggelaran minimum 4 Cm digunakan sebagai lapis permukaan jalan dengan lalu lintas berat. Aplikasi Aspal Beton ( HOTMIX ) : Aspal Beton (Hotmix) secara luas digunakan sebagai lapisan permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas berat, sedang, ringan, dan lapangan terbang, dalam kondisi segala macam cuaca

12

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Apa kelebihan Aspal Beton Hot Mix : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Waktu pekerjaan yang relatif sangat cepat sehingga terciptanya efesiensi waktu. Lapisan konstruksi Aspal beton tidak peka terhadap air, (kedap air ). Dapat dilalui kendaraan setelah pelaksanaan penghamparan. Mempunyai sifat flexible sehingga mempunyai kenyamanan bagi pengendara, Pemeliharaan yang relative mudah dan murah. Stabilitas yang tinggi sehingga dapat menahan beban lalu lintas tanpa terjadinya deformasi. 7. Ekonomis. 8. Tahan lama terhadap gesekan lalu lintas dan cuaca.

Jenis Campuran Aspal Panas Ada beberapa jenis campuran aspal panas yang dibedakan atas fungsi serta gradasi yang disyaratkan antara lain : 1. Latasir Lapisan ini ditujukan untuk lapis permukaan pada jalan-jalan dengan lalu-lintas ringan, khususnya untuk daerah yang sulit menyediakan bahan agregat kasar. Campuran latasir biasanya memerlukan tambahan filler agar memenuhi kebutuhan akan sifat-sifat yang disyaratkan. Ketebalan tidak boleh terlalu banyak, khususnya pada jalan-jalan dengan lalu-lintas berat serta pada daerah tanjakan, sebab untuk latasir yang terlalu tebal akan mudah terjadi deformasi. Sifat-sifat yang dimiliki antrara lain fleksibilitas cukup tinggi stabilitas rendah keawetan cukup tinggi untuk lalu-lintas ringan. 2. Lataston (HRS) Hot Rolled Sheet digunakan pada lapis permukaan pada jalan-jalan yang memikul lalu-lintas ringan sampai sedang . Lataston termasuk jenis perkerasan yang memiliki gradasi terbuka atau gradasi senjang, dengan sifat sifat antara lain : fleksibilitas cukup tinggi ketahanan terhadap kelelahan cukup tinggi, sehingga memiliki durabilitas/keawetan yang tinggi 3. Laston (AC) Lapis perkerasan ini banyak untuk lapis permukaan jalan yang melayani lalu lintas berat, pada daerah tanjakan, pertemuan jalan, dll. Laston merupakan lapis keras yang bergradasi tertutup atau gradasi menerus, dengan sifat-sifat antara lain :

13

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

stabilitas tinggi keawetan/durabilitas kurang begitu menonjol 4. ATB (Asphalt Treated Base) ATB merupakan bagian dari fondasi, yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan fondasi, sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan kekuatan perkerasan. Kadar Aspal Rencana Perbedaan yang tidak kalah penting antara jenis campuran aspal khususnya untuk jumlah kandungan aspal adalah harga kadar bitumen efektif (b)yang didefinisikan sebagai kadar total aspal campuran (b) yang dikurangi dengan kehilangan aspal karena absorbsi kedalam b)agregat ( bb = b - (% berat total campuran) HRS, b minimal = 6,8 % AC , b minimal = 6,3 % ATB, b minimal = 6,8 % Pada umumnya nilai absorbsi/serapan aspal panas terhadap aspal sekitar 1,2 % dari berat total campuran. Dengan demikian harga kadar total aspal campuran (b) adalah sbb : HRS, b minimal = 8 % AC , b minimal = 7,5 % ATB, b minimal = 6,7 % Dasar Filosofi Rencana Campuran Prosedur rencana campuran yang telah ditetapkan untuk Indonesia sangat berbeda bila dibandingkan dengan prosedur yang telah diberikan oleh Asphalt Institute atau organisasi luar negeri yang lain, sebab pada kenyataannya kondisi di Indonesia sangat berbeda dengan di luar negeri yang rata-rata memiliki temperatur cukup rendah. Banyak kegagalan yang telah dialami akibat kita menganut metode dari luar (metode lama) Metode dari luar dimulai dari menentukan campuran agregat kemudian membuat variasi kadar bitumen (aspal) sampai didapatkan spesifikasi rongga udara dan stabilitas terpenuhi. Untuk indonesia dipakai metode CQCMU (Central Quality Control & Monitoring Unit) Cara ini dimulai dengan menentukan kadar bitumen efektif, kemudian dibuat variasi campuran agregat yang kemudian masing-masing variasi agregat dicampur dengan kadar bitumen yang telah disiapkan. Campuran yang memenuhi persyaratan rongga udara, film aspal, dan stabilitas yang baik yang dipilih.

KLASIFIKASI ASPAL BETON Berdasarkan fungsinya aspal beton campuran panas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

14

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Sebagai lapis permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser, dan tekanan roda serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi lapis di bawahnya dari rembesan air. Sebagai lapis pondasi atas. Sebagai lapis pembentuk pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan atau pemeliharaan jalan. Sesuai dengan fungsinya maka lapis aspal beton mempunyai kandungan agregat dan aspal yang berbeda. Sebagai lapis aus, maka kadar aspal yang dikandungnya haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air. Agregat yang dipergunakan lebih halus dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi sebagai lapis pondasi. Berdasarkan metode pencampurannya, aspal beton dapat dibedakan atas : Aspal beton Amerika, yang bersumber kepada Asphalt Institute. Aspal beton durabilitas tinggi, yang bersumber pada BS 594, Inggris, dan dikembangkan oleh CQCMU, Bina Marga, Indonesia

KARAKTERISTIK CAMPURAN Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton campuran panas adalah sebagai berikut : 1. Stabilitas Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur ataupun bleeding. Kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang akan memakai jalan tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan sebagian besar merupakan kendaraan berat menuntut stabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan jalan yang volume lalu lintasnya hanya terdiri dari kendaraan penumpang saja. Kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan itu menjadi kaku dan cepat mengalami retak, disamping itu karena volume antar agregat kurang maka kadar aspal yang dibutuhkan pun rendah. Hal ini menghasilkan ikatan aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya rendah. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan mengusahakan penggunaan : Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded). Agregat dengan permukaan yang kasar.

15

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Agregat berbentuk kubus Aspal dengan penetrasi rendah Aspal dalam jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir. Agregat dengan grdasi baik, atau bergradasi rapat akan memberikan rongga antar butiran agregat (voids in mineral agregate) yang kecil yang menghasilkan stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah untuk mengikat agregat. Void in mineral agregat (VMA) yang kecil mengakibatkan aspal yang dapat menyelimuti agregat terbatas dan menghasilkan film aspal yang tipis. Film aspal yang tipis mudah lepas yang mengakibatkan lapis tidak lagi kedap air, oksidasi mudah terjadi, dan lapis perkerasan menjadi rusak. Pemakaian aspal yang banyak mengakibatkan aspal tidak lagi dapat menyelimuti agregat dengan baik (karena VMA kecil) dan juga menghasilkan rongga antar campuran (voids in mix = VIM) yang kecil. Adanya beban lalu lintas yang menambah pemadatan lapisan mengakibatkan lapisan aspal meleleh keluar yang disebut bleeding. 2. Durabilitas (Keawetan/Daya Tahan) Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan dapat mampu menahan keausan akibat pengaruh cuac a, air dan perubahan suhu ataupun keausan akibat gesekan roda kendaraan. Faktor yang mempengaruhi durabilitas lapis aspal beton adalah : VIM kecil sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk ke dalam campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi rapuh (getas). VMA besar sehingga film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi maka kemungkinan terjadinya bleeding cukup besar. Untuk mencapai VMA yang besar ini dipergunakan agregat bergradasi senjang. Film (selimut) aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis aspal beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya bleeding menjadi besar. 3. Fleksibilitas (Kelenturan) Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan volume. Untuk mendapatkan tleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan : Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yang besar. Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang tinggi). Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil. 4. Skid Resistance (Kekesatan)

16

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga kendaraan tidak mengalami slip baik di waktu hujan (basah) maupun di waktu kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antara permukaan jalan dengan roda kendaraan. Tingginya nilai tahanan geser ini dipengaruhi oleh : Penggunaan agregat dengan permukaan kasar Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi bleeding. Penggunaan agregat berbentuk kubus. Penggunaan agregat kasar yang cukup. 5. Fatigue Resistance (Ketahanan Kelelahan) Ketahanan kelelahan adalah ketahanan dari lapis aspal beton dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur (rutting) dan retak. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelahan adalah : VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan kelelahan yang lebih cepat. VMA dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi fleksibel. 6. Workability (Kemudahan Pelaksanaan) Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang diharapkan. Workability ini dipengaruhi oleh : Gradasi agregat. Agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan daripada agregat bergradasi lain. Temperatur campuran yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang bersifat termoplastis. Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi menyebabkan pelaksanaan lebih sulit. PERENCANAAN CAMPURAN (MIX DESIGN) Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi 4 (empat) syarat yaitu stabilitas, durabilitas, fleksibilitas dan tahanan geser (skid resistance). Jika menggunakan gradasi rapat (dense graded) akan menghasilkan kepadatan yang baik, berarti memberikan stabilitas yang baik, tetapi mempunyai rongga pori yang kecil sehingga memberikan kelenturan (fleksibility) yang kurang baik dan akibat tambahan pemadatan dari repetisi beban lalu lintas serta aspal yang mencair akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser yang kecil. Sebaliknya jika menggunakan gradasi terbuka (open graded), akan diperoleh kelenturan yang baik tetapi stabilitas kurang. Kadar aspal yang terlalu sedikit akan mengakibatkan kurangnya lapisan pengikat antar butir, lebih-lebih jika

17

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

139

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

kadar rongga yang dapat diresapiaspal besar. Hal ini akan mengakibatkan lapisan pengikat aspal cepat lepas dan durabilitas berkurang. Kadar aspal yang tinggi mengakibatkan kelenturan yang baik tetapi dapat terjadi bleeding sehingga stabilitas dan tahanan geser berkurang. Untuk itu haruslah direncanakan campuran antara agregat dan aspal seoptimal mungkin sehingga dihasilkan lapis an perkerasan dengan kualitas yang tinggi yang meliputi gradasi agregat (dengan memperhatikan mutunya) dan kadar aspal sehingga dihasilkan lapisan perkerasan yang memenuhi persyaratan tentang stabilitas, durabilitas, fleksibilitas dan tahanan geser. Yang perlu diperhatikan adalah jika agregat dicampur dengan aspal maka,: Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal. Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara. Terdapat lapisan aspal yang ketebal annya tergantung dari kadar aspal yang dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat. Dari hasil mix design diharapkan diperoleh suatu lapisan perkerasan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : Kadar aspal cukup memberikan kelenturan. Stabilitas cukup memberikan kemampuan memikul beban sehingga tak terjadi deformasi yang merusak. Kadar rongga cukup memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan akibat beban berulang dan flow dari aspal. Dapat memberikan kemudahan kerja (workability) sehingga tidak terjadi segregasi. Dapat mengahsilkan campuran yang akhirnya menghasilkan lapis perkerasan yang sesuai dengan persyaratan dalam pemilihan lapis perkerasan pada tahap perencanaan. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi kwalitas dari aspal beton adalah absorbsi aspal, kadar aspal efektif, rongga antar butir, rongga udara dalam campuran dan gradasi agregat. Perhitungan dalam Campuran Aspal Beton Untuk mengethaui karakteristik aspal beton yang telah dipadatkan, berikut ini akan dibahas perhitungan yang seringkali dipergunakan pada pekerjaan di laboratorium dan dari hasil coring di lapangan. Secara skematis campuran aspal beton yang telah dipadatkan dapat dilihat pada gambar 6.1 berikut. Volume

18

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Va : Volume pori dalam campuran yang telah dipadatkan (VIM) Vb : Volume aspal dalam campuran yang telah dipadatkan Vba : Volume aspal yang terabsorbsi Vbe : Volume aspal efektif = (Vb - Vba) Vmb : Volume bulk dari campuran yang telah dipadatkan Vmm : Volume dari campuran tanpa volume udara Vp : Volume dari lapisan paraffin

Afk

Udara

Va

Aspal

Vmb Vmm

Agregat

Gambar 6.1. Skeinatik campuran aspal beton yang telah dipadatkan

ir
agregat (bulk) Vse : Volume agregat (efektif) Vma : Volume pori antar butiran agregat

Vsb : Volume

19

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL ALAT PEMERIKSAAN MARSHALL Kinerja campuran beton aspal dapat diperiksa dengan menggunakan alat pemeriksaan Marshal. Alat uji Marshall pertama kali diperkenalkan oleh Bruce Marshall, yang untuk selanjutnya dikembangkan oleh US. Corp of Engineer. Ada beberapa hal yang dapat diperiksa olah alat ini antara lain : a. Stabilitas. Stabilitas diartikan sebagai kemampuan lapis perkerasan dalam menerima beban lalu-lintas tanpa terjadi deformasi permanen seperti gelombang, alur atau retak. Stabilitas sangat tergantung antara lain oleh : jumlah serta beban pemadatan pemadatan gradasi dan penguncian antar agregat kekerasan agregat kadar serta viskositas aspal gesekan antar agregat jumlah rongga antar agregat kohesi / daya ikat antar campuran Satuan untuk stabilitas memakai satuan berat yaitu kg. Stabilitas yang terlalu tinggi juga kurang baik mengingat perkerasan akan menjadi kaku dan bersifat getas. b. Kepadatan (density) Density menunjukkan besarnya kepadatan suatu campuran yang telah dipadatkan. Semakin besar nilai density menunjukkan bahwa kerapatannya semakin baik. Nilai density dipengaruhi oleh : a. gradasi bahan penyusunnya b. jumlah pemadatan c. temperatur pemadatan d. kadar aspal dalam campuran Dengan semakin meningkatnya kadar aspal, jumlah aspal yang dapat mengisi rongga antar butir semakin besar, sehingga campuran menjadi semakin rapat dan padat sebab aspal akan akan berfungsi sebagai pelicin, sehingga memudahkan butiran untuk mengisi rongga-rongga pada saat dipadatkan. Tapi rongga antar butiran jumlahnya terbatas tergantung dari type gradasinya, sehingga penambahan aspal yang berlebihan pada campuran justru akan menyebabkan se olaholah butiran akan mengambang di dalam aspal yang akan menyebabkan volume campuran akan meningkat. Nilai density adalah merupakan perbandingan dari massa dibagi dengan volume, sehingga penambahan volume yang tidak sebanding dengan penambahan masa dapat menyebabkan penurunan nilai density campuran. Satuan untuk density adalah gr/mm2

20

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

c. Kelelehan (flow) Kelelehan menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis keras akibat beban yang diterimanya. Nilai flow yang tinggi menandakan campuran bersifat plastis, dan lebih mampu mengikuti deformasi akibat adanya beban. Sebaliknya nilai flow yang rendah maka campuran akan bersifat kaku dan getas tidak akan mempu mengikuti deformasi akibat oleh beban yang diderita, dan biasanya durabilitasnya (keawetannya) akan rendah juga. Nilai flow banyak dipengaruhi oleh: kadar dan viskositas aspal gradasi agregat pemadatan Biasanya nilai flow ini selalu berseberangan dengan stabilitas. Tambah tinggi nilai flow maka stabilitas nilainya akan turun. Flow memakai satuan mm d. Marshall Quotient

Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan kelelehan (flow). Semakin besar nilai MQ, maka campuran akan bersifat kaku. Dan sebaliknya semakin kecil nilai MQ, maka lapisan akan bersifat lentur/plastis. Untuk jalan yang dilewati oleh kendaraan berat serta folume yang padat biasanya disyaratkan untuk memiliki nilai MQ yang tinggi. Secara otomatis, nilai MQ akan dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan nilai flow. MQ memakai satuan kg/mm. e. VFWA (Void Filled With Asphalt)

VFWA akan menunjukkan persen aspal yang terdapat di dalam rongga antar butiran. Semakin besar nilai VFWA maka semakin banyak aspal yang terisi di dalam rongga, sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara semakin besar pula. Tapi bila jumlah aspal didalam campuran melebihi jumlah rongga, maka akan terjadi bleding (peristiwa keluarnya aspal dari campuran). Sebaliknya semakin kecil nilai VFWA, maka kekedapan perkerasan terhadap air dan udara akan semakin kecil pula, sehingga aspal akan mudah teroksidasi, sehingga keawetan akan berkurang. Nilai VFWA sangat dipengaruhi oleh : jumlah aspal gradasi agregat pemadatan

21

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL f. VITM (Void In The Mix)

VITM menunjukkan banyaknya pori dalam campuran. Semakin besar nilai VITM menunjukkan semakin porous campuran, sehingga aspal akan cepat teroksidasi, sehingga keawetan menurun. Nilai VITM yang terlalu rendah juga kurang menguntungkan, karena tidak menyediakan rongga yang cukup bila terjadi pemadatan tambahan akibat beban lalu-lintas. Biasanya nilai VITM akan selalu berseberangan dengan nilai VFWA, artinya tambah besar nilai VFWA maka nilai VITM akan semakin turun, demikian pula sebaliknya. BAHAN TAMBAH Yang dimaksud dengan bahan tambah adalah bahan atau material yang ditambahkan ke dalam campuran selain bahan dasar (agregat dan aspal) dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas campuran.Bahan tambah seharusnya hanya berguna kalau sudah ada evaluasi yang teliti tentang pengaruhnya terhadap mutu perkerasan.Dalam hal-hal yang meragukan terutama untuk pekerjaan-pekerjaan khusus perlu dilakukan pemeriksaan dengan dilakukan pembuatan bendabenda uji yang nantinya akan dilakukan percobaan dilaboratorium. Bahan tambah biasanya hanya diberikan dalam jumlah yang sedikit serta harus dilakukan pengawasan yang ketat agar jumlahnya tidak berlebihan yang justru dapat mengakibatkan menurunkan kualitasnya.Sehubungan dengan adanya bahan tambah, pemeriksaan benda uji yang dilakukan paling tidak dengan dilakukan pengujian marshall. Biasanya bahan tambah yang baik digunakan pada campuran lapis keras adalah bahan yang banyak mengandung silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) sebagai bahan utama yang memiliki sifat pozolan, yaitu suatru sifat bahan yang bila diberi air memiliki sifat plastis dan mudah dibentuk, tapi pada saat mengering bersifat keras sulit untuk deformasi.

Dengan diberikannya bahan tambah, biasanya akan terjadi peningkatan stabilitas, density, serta memperkecil VITM. Jenis bahan tambah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja lapis keras al: Abu terbang (fly ash) Semen Abu vulkanik Kapur Abu sekam Sulfur (belerang) 1. Fly ash Fly ash (abu terbang) asalah abu yang dihasilkan dari sisa pembakaran batu bara. Fly ash ini

22

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL memiliki ukuran butiran yang sangat halus dan berwarna terang ke abu-abuan. Struktur dan ukuran butiran fly ash bervariasi, hal ini sangat tergantung dari komposisi kimia, temperatur pembakaran, dan waktu tinggal. Secara umum ukuran butiran fly ash berkisar antara m (mikron).0,1 - 200 Fly ash banyak terdapat pada pabrik-pabrik atau pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan batubara. Bahan ini belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan bangunan, untuk sementara masih merupakan limbah/ bahan buangan yang belum memiliki nilai ekonomis. Di P. Jawa banyak dijumpai di Pembangkit Tenaga Listrik Paiton Jawa Timur. Secara mineralogi, komposisi fly ash terbagi dalam empat kolompok, yaitu : 1. Fasa gelas yang merupakan allumuniumsilica gelas yang membuat fly ash memiliki sifat sebagai Pozolan 2. Fasa kristal yang terdiri dari mulit, a-kuarsa, hematit, magnetit, deposit atau walastonit. 3. Komponen sekunder, yang biasanya terdiri dari sisa karbon, kapur bebas (CaO) dan MgO 4. Unsur-unsur jejak/sampingan (trace element) misal Pb, Cd, As dll, untuk setiap fly ash memiliki kandungan yang berlainan. Secara kimiawi, komposisi fly ash terdiri dari berbagai masam unsur yaitu: NO Komposisi Jumlah (%) 1 SiO2 62,68 2 Al2O3 20,60 3 TiO2 2,38 4 Fe2O3 4,55 5 CaO 2,96 6 Na2O 3,20 7 K2O 0,36 8 MgO 0,85 9 P2O3 0,40 10 H2O 0,25 11 HD (inclu de) H2O 1,77 BJ fly ash = 2,14 gr/cc Penambahan fly ash dengan persentase tertentu pada campuran perkerasan dapat meningkatkan stabilitas campuran. 2. Semen Semen atau PC (portland cement) merupakan bahan yang dihasilkan dari pabrik. Secara garis besar, bahan dasar/atau bahan utama semen meliputi : kapur, silika, dan alumina ditambah dengan bahan tambah lainnya. Bila dilihat susunan kimianya, maka unsur-unsur pokok pada semen biasa adalah sebagai berikut

23

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL : NO Komposisi Jumlah (%) 1 CaO 60 - 65 2 SiO2 17 - 25 3 Al2O3 3 - 8 4 Fe2O3 0,5 - 6 5 MgO 0,5 - 4 6 SO3 1 - 2 7 Na2O + K2O 0,5 - 1 Semen juga merupakan bahan tambah yang baik untuk meningkatkan kinerja campuran perkerasan. Hanya saja karena semen merupakan bahan hasil produksi pabrik, maka biaya konstruksi menjadi lebih mahal. Bila semen dicampurkan pada campuran perkerasan jalan, maka pada kadar semen tertentu akan dapat meningkatkan stabilitas campuran. Sehingga untuk jalan-jalan yang melayani lalu-lintas berat biasanya dapat ditambahkan semen dalam jumlah tertentu (harus dilakukan trial mix). 3. Abu vulkanik Abu vulkanik merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat dipergunakan sebagai bahan tambah untuk perkerasan jalan. Abu vulkanik merupakan bahan yang dihasilkan akibat adanya letusan gunung berapi yang didapat dalam jumlah cukup banyak. Abu ini ternyata memiliki kandungan silika dan alumina yang cukup banyak sehingga memiliki sifat sebagai pozolan. Abu vulkanik merupakan bahan yang mudah didapat terutama di daerah yang dekat dengan gunung berapi yang masih aktif, di samping merupakan limbah, harganya juga murah karena belum terpakai se bagai bahan bangunan. Idealnya kandungan Oksida abu vulkanik menurut ASTM C 618-78 harganya dibatasi seperti yang tercantum di bawah ini :

NO Komposisi bahan Jumlah (%) 1. SiO2 + AL2O3 + Fe2O3 minimal 70 2. MgO maksimal 5 3. SO3 maksimal 4 4. H2O maksimal 3 Secara terinci kandungan kimia yang terdapat pada abu mekanik yang diambilkan dari debu gunung Merapi Jawa tengah adalah sebagai berikut : No Komposisi Jumlah (%)

24

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 1 SiO2 52,84 2 Al2O3 16,81 3 Fe2O3 10,15 4 CaO 9,06 5 MgO 3,29 6 Na2O 3,62 7 K2O 2,06 8 MnO 0,16 9 TiO 0,85 10 P2O3 0,36 11 H2O 0,19 12 HD 0,54 HD = hilang terbakar Dengan komposisi seperti di atas maka abu vulkanik juga dapat dipakai sebagai bahan tambah untuk campuran perkerasan. Dari beberapa hasil penelitian, dalam persentase tertentu, abu vulkanik dapat untuk meningkatkan stabilitas campuran perkerasan.

5. Sulfur (belerang) Sulfur adalah bahan anorganik non metalik yang berupa padat ke kuning-kuning an dengan nilai kepadatan 2,00. Menurut Kennepohl, bahan sulfur dapat dijadikan bahan tambah untuk campuran beton aspal, dan penambahan sulfur pada beton aspal dengan berbagai variasi ini akan menyebabkan terjadinya kristalisasi yang berbeda-beda tergantung dari kadar sulfur yang ditambahkan serta komosisi campuran agregat dengan aspal. Penambahan sulfur pada aspal akan meningkatkan kekakuan pada bahan ikat perkerasan.

25

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Gambar : Mesin Los Angeles Tes

26

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Gambar Alat Uji Impact Agregat

JENIS JENIS PERKERASAN JALAN

STRUKTUR PERKERASAN

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut : Lapisan tanah dasar (sub grade) Lapisan pondasi bawah (subbase course) Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan permukaan / penutup (surface course)

Gambar 1. Lapisan perkerasan jalan lentur

27

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri : a. Flexible pavement (perkerasan lentur). b. Rigid pavement (perkerasan kaku). c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).

PERKERASAN LENTUR

Jenis dan fungsi lapisan perkerasan Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar

Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas : Lapisan tanah dasar, tanah galian. Lapisan tanah dasar, tanah urugan. Lapisan tanah dasar, tanah asli. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :

28

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas. Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.

Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course) Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai : Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai : Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya. Bantalan terhadap lapisan permukaan. Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

29

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Lapisan Permukaan (Surface Course) Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai : Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan. Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus). Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya. Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

PERKERASAN KAKU

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah

30

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya. Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah : Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen. Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction). Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton. Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi. Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat. Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Perkembangan perkerasan kaku Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 7 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan. Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.

31

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 10 inch. Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku. Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 7 9 inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh. Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat adanya pumping. Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.

Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen

Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak. Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.

32

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton).

Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.

PERKERASAN KOMPOSIT

Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlua ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bagian lain. Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi pengendara dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis permukaan tanpa aspal.

Tabel 1.3. : Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur.

33

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Proses pembuatan jalan raya Jalan raya di indonesia pada umumnya menggunakan jalan asphalt. Urutan kerja pembuatan jalan asphalt beserta alat-alat berat dan kegunaanya : pembersihan dan perataan lahan Sebelum jalan raya dibangun, lahan dibersihkan dahulu dari sampah maupun pepohonan kemudian diratakan.Untuk membersihkan lahan dan menggali maupun mengurug tanah

excavator setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah dengan menggunakan alat buldozer

buldozer untuk memindahkan tanah bekas galian maka digunakan dump truk

34

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Penghamparan material pondasi bawah penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali menggunakan alat transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan alat tandem roller

Tandem roller pekerjaan perataan dengan tandem roller di lakukan lagi pada saat penghamparan lapis pondasi atas, dan lapir permukaan. pada saat penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi urugan dengan alat teodolit dan perlengkapanya. Penghamparan lapis asphalt setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah penghamparan asphalt yang sebelumya sudah dipanaskan terlebih dahulu sehingga mencair. untuk menghamparkan asphalt digunakan alat asphalt finisher

asphalt finisher setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah diukur menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan dengan buldozer hingga

35

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan

pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataanjalan raya dengan alat peneumatic roller

peneumatic roller jalan raya sudah jadi dengan konstruksi sebagai berikut:

jalan raya.

Kerusakan Jalan

36

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Adapun skala kerusakan dari tiap kategori kerusakan yang ditinjau berdasarkan metode bina marga adalah : 1. Keretakan (Cracking), jenis keretakan yang di tinjau adalah retak kulit buaya, acak, melintang, memanjang (dengan skala kerusakan 5, 4, 3, 1), dengan ketentuan lebar retakan 2 mm, 1 2 mm, < 1 mm (dengan skala kerusakan 3, 2, 1), serta luasan kerusakan > 30 %, 10 30 %, < 10 % (dengan skala kerusakan 3, 2, 1). Masingmasing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan. 2. Alur (Rutting), diukur berdasarkan kedalaman kerusakan mulai dari skala > 20 mm, 11 20 mm, 6 10 mm, 0 5 mm (dengan skala kerusakan 7, 5, 3, 1). Masingmasing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan. 3. Lubang (Potholes) dan Tambalan (Patching), diukur berdasarkan luasan kerusakan yang terjadi yang dimulai dari skala > 30 %, 20 30 %, 10 20 %, < 10 % (dengan skala kerusakan 3, 2, 1, 0). Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan. 4. Kekasaran permukaan, jenis kerusakan yang ditinjau adalah pengelupasan (Desintegration), pelepasan butir (raveling), kekurusan (hungry), kegemukan (fatty/bleeding), dan permukaan rapat (close texture). Dengan skala kerusakan 4, 3, 2, 1, 0. 5. Amblas (Depression), diukur berdasarkan kedalaman kerusakan yang terjadi dimulai dari skala > 5/100 m, 2 5 /100 m, 0 2 /100 m (dengan skala kerusakan 4, 2, 1). Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan.

37

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Kerusakan jalan tampak di kawasan TB Simatupang, Cilandak. Jalan rusak dan bergelombang tak jauh dari Cilandak Town Square (Citos) membuat pengendara khususnya pengendara motor harus lebih berhati-hati. Cara proyek melaksanakan perbaikan : 1.Marking 2.Pembersihan 3.Pemadatan Pemadatan a) Pemadatan Cement Treated Base (CTB) harus telah dimulai dilaksanakan paling lambat 60 menit semenjak pencampuran material dengan air. b) Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa dipadatkan Iebih dari30 menit . c) Kepadatan Cement Treated Base (CTB) setelah pemadatan harus mencapai kepadatan kering lebih dari 95% maksimum kepadatan kering sebagai ditentukan pada SNI 03-6886-2002. (d) Test kepadatan lapangan Cement Treated Base dilakukan berdasarkan SNI 03-2828-1992, SNI 19-6413-2000 atau cara lain yang disetujui oleh DireksiPekerjaan.

(e) Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan kadar air optimum danmaksimal sama dengan kadar air optimum 2 %. (f) Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak semen dicampurdengan air. 4.Patching Tambalan (patching) adalah wilayah perkerasan yang telah diganti menjadi baru untuk memperbaiki perkerasan yang ada. Tambalan dianggap merupakan cacat jalan walaupun sudah di kerjakan dengan sangat baik. Idetifikasi terhadap tambalan ini biasanya diukur dengan menghitung luasan tambalan. Tambalan dibagi berdasarkan tingkat kerusakannya yaitu tingkat kerusakan rendah (low), sedang (medium), dan berat (high), sesuai dengan bentuk tambalannya.

38

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Gambar 2.21. Patching 5.Penghamparan Prime Coat Prime Coat adalah lapisan tipis aspal yang disiram di atas base course (pondasi atas), untuk memberikan daya rekat yang baik pada lapisan perkerasan aspal baru yang akan digelar di atasnya. Dengan demikian lapisan ini berfungsi sebagai peresap dan pengikat antara base course dan lapisan perkerasan aspal baru. Kandungan : Prime Coat dapat dibuat dari campuran aspal minyak dan minyak tanah atau yang sering disebut dengan MC 70 (Medium Setting) mempunyai waktu setting/pengeringan yang lama ( lebih dari 2 hari ), kemudian lapisan perkerasan baru dapat dihamparkan di atasnya. Namun dalam pelaksanaannya, karena kendala waktu, lapisan aspal baru telah digelar sebelum lapisan tersebut mengering, sehingga Prime Coat tidak berfungsi dengan baik. Viscositas : Kendala di atas tidak akan dijumpai bila digunakan Aspal Emulsi jenis CSS-l (Cationic Slow setting). Aspal Emulsi ini setara dengan MC 70 pada Cut Back. Waktu pengeringan yang diperlukan 6 (enam) jam dalam kondisi cuaca cerah., setelah itu lapisan perkerasan baru dapat digelar. Karena viscositasnya cukup rendah maka dapat dihasilkan hamparan yang merata, sehingga tidak dipelukan Pneumatic Tire Roller (PTR) untuk meratakan lapisan tersebut. Dengan tinggkat viscositas yang

39

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL rendah ini, Prime Coat tidak perlu dipanaskan sebagaimana MC sehingga lebih aman, hemat biaya, hemat energi dan bebas polusi. Keunggulan : 1. Waktu pengeringan 6 (enam) jam 2. Dapat menghasilkan hamparan yang merata tanpa PTR 3. Mudah pengerjaannya 4. Hemat biaya dan energi 5. Bebas polusi 6. Aman Keterbatasan : Tidak dapat dihampar pada waktu hujan, karena larut dengan air Cara Pengerjaan : 1. Digunakan Aspal Emulsi jenis CSS-1/AE-PC 2. Disemprot dengan volume 0,8 -1,2 Lt/m2 3. Digunakan Asphalt Distributor untuk hasil yang merata 4. Ditunggu hingga mengering (Warna coklat berubah menjadi hitam) 5. Dihamparkan lapisan perkerasan baru diatasnya

Tack Coat Tack Coat adalah lapisan tipis aspal yang disiram di atas permukaan aspal lama, berfungsi sebagai bahan Suhartono Wijaya 40 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL perekat bagi lapisan aspal baru yang akan digelar di atasnya. Kandungan : Tack Coat dapat dibuat dari campuran aspal minyak dengan bensin yang sering disebut dengan istilah RC (Rapid Curing Cut Back) atau dapat pula dibuat dai aspal emulsi. Oleh karena harga bensin yang cukup mahal, sering terjadi pemakaian bensin diganti dengan kerosin (minyak tanah) untuk menekan biaya. Hal ini berakibat waktu pengeringan (curing time) sangat lambat, dapat mencapai berhari-hari. Namun dalam pelaksanaan, karena kendala waktu, lapisan aspal baru langsung digelar sebelum lapisan Tack Coat tersebut benar-benar mengering, akibatnya kandungan minyak tanahnya 'terjebak' di antara lapisan aspal yang akhirnya bukannya menjadi perekat malahan menjadi pelumas. Viscositas : Kendala di atas tidak akan dijumpai bila menggunakan Aspal Emulsi Jenis CRS-1 (Cationic Rapid Setting). Aspal Emulsi ini setara dengan RC pada Cut Back. Waktu pengeringan yang diperlukan sangat cepat (10 menit) dalam kondisi cuaca cerah, setelah itu lapisan aspal baru dapat langsung digelar begitu Tack Coat aspal emulsi berubah warna dari coklat menjadi hitam. Karena Viscositasnya cukup rendah maka penghamparannya lebih merata, sehingga tidak diperlukan Pneumatic Tire Roller (PTR) untuk meratakan lapisan Tack Coat tersebut. Dengan tingkat viscositas yang rendah ini, Tack Coat aspal emulsi tidak perlu dipanaskan sehingga lebih aman, menghemat energi dan bebas polusi. Keunggulan : 1. Waktu pengeringan sangat cepat (hanya 10 menit) 2. Dapat menghasilkan hamparan yang merata tanpa PTR 3. Mudah pengerjaannya 4. Hemat biaya dan energi 5. Bebas polusi 6. Aman, tidak ada bahaya kebakaran

41

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Keterbatasan : Tidak dapat dihampar pada waktu hujan, karena larut dengan air. Cara Pengerjaan : 1. Digunakan Aspal Emulsi jenis CRS1/AE-63R 2. Disemprot dengan volume 0,4-0,6 Lt/m2 3. Digunakan Aspal Distributor untuk hasil yang lebih merata 4. Ditunggu mengering (warna coklat berubah menjadi hitam) 5. Dihamparkan lapisan perkerasan baru diatasnya

TATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) UNTUK PERMUKAAN JALAN

Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana,pengawas lapangan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam pelaksanaan pelapisan jalan dengan laburan aspal satu lapis (BURTU).

Tujuan Tujuan tatu cara ini adalah : 1) untuk menyeragamkan cara pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan laburan aspa lsatu lapis agar diperoleh basil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan;

42

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 2) untuk menghemat waktu pelaksanaan dan menghemat pemakaian bahan.

Ruang Lingkup Tata cara ini memuat uraian tentang persyaratan, ketentuan bahan, peralatan, pelaksanaan, pengendalian mutu, dan cara pengerjaan laburan aspal satu lapis.

Pengertian Yang dimaksud dengan : 1) laburan aspal satu lapis (BURTU) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dibaturi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam (tebal maksimum 20 mm); 2) indek kepipihan (flakiness index) adalah berat total agregat yang lolos slot (celah) dibagi dengan berat total agregat yang tertahan pada ukuran nominal tertentu; 3) ukuran nominal agregat adalah besar ukuran agregat yang dominan pada suatu gradasi tertentu; contoh ukuran nominal 20 mm adalah jumlah agregat yang lewat saringan 19,1 mm dan tertahan saringan 12,7 mm sebanyak minimum 70%; 4) ukuran tebal rata-rata agregat (average leas tdimension) adalah ukuran agregat terkecil rata-rata yang diukur di laboratorium dengan index kepipihan; 5) ukuran panjang rata-rata agregat (average great dimension) adalah ukuran agregat terbesar rata-rata yang diukur di laboratorium dengati panjang rata-rata; 6) RC (rapid curing), adalah aspal cair yang berupa cairan antara aspal semen dengan pelarut jenis premium yang mempunyai daya menguap tinggi; 7) MC (medium curing) adalah aspal cair yang berupa campuran antara aspal semen dengan minyak tanah yang mempunyai daya menguap sedang; 8) Nozel adalah lobang untuk keluarnya aspal pada penyemprot aspal. SNI 03-3979-1995

PERSYARATAN-PERSYARATAN Bahan

43

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Bahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Untuk pekerjaan ini diperlukan agregat dan aspal; 2) Bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi ketentuan yang berlaku; 3) Sebelum memulai pekerjaan, terlebih dahulu harus disiapkan persediaan material secukupnya sehingga setiap saat dibutuhkan selalu tersedia; 4) Bahan tambah (additive) sebagai bahan anti pengelupasan dapat ditambahkan (dicampur) dengan aspal.

Peralatan Peralatan yang digunakan, sebagai berikut :

Peralatan di tempat penyimpanan bahan 1) Ketel aspal; 2) Kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor; 3) Tongkat celup (dipstick); untuk mengukur volume; 4) Timbangan truk (truck scales); 5) Loader; 6) Skop, pahat dan alat bantu lainnya.

Peralatan di lapangan 1) Pembersih permukaan jalan (kompresor, power broom); 2) Penyemprot aspal : aspal distributor, semprotan tangan (hand sprayer); 3) Penebar agregat penutup (chip, spreader); 4) Truk jungkit (dump truck); 5) Pemadat roda karet (pneumatic tyre roller); 6) Kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk dan alat bantu lainya.

Pelaksanaan Pelaksanaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :

44

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 1) Keselamatan para pelaksana dan pengawas serta masyarakat yang sedang berada dalam daerah pekerjaan; 2) Lingkungan pekerjaan harus bersih; 3) Kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan; 4) Pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik; 5) Penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada malam hari; 6) Efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan normal sesuai kapasitas alat. SNI 03-3979-1995

KETENTUAN - KETENTUAN Bahan Bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) Agregat harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kuat, kering, bersudut, berukuran seragam dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut : (1) keausan dengan mesin Los Angeles 500 putaran < 40% sesuai SNI 03-24171991 Metode Pengujian Keausan Agregat untuk Jalan dengan Mesin Los Angeles; (2) kelekalan terhadap aspal > 95% sesuai SNI 03-24391991, Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal; (3) perbandingan antara ukuran terbesar rata-rata (AGD) terhadap ukuran terkecil rata-rata (ALD) dari agregat harus < 2,3; 2) gradasi agregat harus berada dalam batas-batas yang sesuai dengan ukuran nominal agregat; 3) pemilihan ukuran agregat sesuai dengan perencanaan, tergantung jenis lapis permukaan yang ada dan volume lalu lintas per hari per jalur; 4) aspal yang digunakan sebaga ibahan pengikat dapat berupa aspal keras pen 80/100, aspal cair (RC, MC), aspal emulsi kationik (CRS-l, CRS-2), yang memenuhi ketentuan yang berlaku;

45

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 5) bila menurut perencana diperlukan bahan tambah sebagai bahan anti pengelupasan; dengan jumlah/takaran penggunaan tertentu harus dicampur dengan aspal di dalam tangki distributor selama 30 menit untuk menghasilkan campuran yang seragam.

Peralatan Peralatan di tempat penyimpanan bahan. 1) Ketel aspal untuk menyimpan dan memanaskan aspal harus mempunyai kapasitas yang cukup, paling sedikit untuk satu hari pekerjaan, ketel harus dilengkapi dengan alat pembakar hembus (Burner jet), termometer pengukur suhu dan alat yang dapat mengukur secara teliti setiap volume aspal di dalam dan harus dapat mengalirkan semua aspal yang ditampuugnya; 2) Kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor dengan ukuran bagian dalam, panjang 210 cm, lebur 25 cm dan tinggi 120 cm. Harus dapat menampung aspal panas yang disemprotkan aspal distributor dalam waktu dan tekanan pompa tertentu, dan harus dilengkapi dengan kran untuk mengalirkan semua aspal yang ditampungnya; 3) Tongkat berskala harus lurus, kaku dan tahan panas untuk mengukur volume aspal dalam kotak besi, dengan cara membaca angka pada tongkat sampai batas permukaan setelah dicelupkan ke dalam aspal secara vertikal sampai menyentuh dasar kotak besi berisi aspal, pembacaan dilakukan pada setiap sudut dan tengah kotak,volume aspal dalam kotak adalah rata-rata pembacaan; 4) Timbangan truk dengan ketelitian 10 Kg dipasang di lokasi penyimpanan bahan, harus dari jenis batang standar (standard beam type), mempunyai kapasitas yang cukup untuk menimbang semua jenis truk yang digunakan dalam pengangkutan agregat dan aspal distributor, dan mampu menimbang secara teliti pada pembebanan antara 10 Kg beban total. SNI 03-3979-1995

Peralatan Lapangan

46

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 1) aspal distributor (1) aspal distributor sebelum digunakan harus dikalibrasi agar penyiraman/penyemprotan aspal pada permukaan jalan merata sesuai penggunaan takaran yang direncanakan; (2) takaran penggunaan harus dalam batas-batas toleransi 5%, maka alat-alat pengukur harus dikalibrasi, yaitu : a. kecepatan kendaraan (tachometer); b. tekanan pompa (tachometer pump); c. termometer suhu (temperature thermometer); d. tongkat celup, pengukur volume; (3) Batang penyemprot (spray bar) harus dilengkapi dengan pengatur tinggi dan panjang minimum 180 cm. (lihat gambar 7); (4) Sudut nozel harus disetel secera tepat supaya bentuk semprotan sama sehingga distribusi penggunaan aspal merata. (lihat gambar 8); (5) Tachometer harus kelihatan dengan jelas oleh operator aspal distributor; 2) semprotan tangan digunakan hanya untuk menyemprotkan aspal pada bagianbagian permukaan jalan yang tidak bisa dilakukan dengan aspal distributor atau pada bagian yang tidak rata; sebelum digunakan harus dicoba sesuai dengan ketinggian dan kecepatan bergerak untuk dapat diperoleh takaran pemakaian aspal sesuai dengan yang disyaratkan; 3) penebar agregat penutup; (1) alat penebar agregat harus dapat menebar agregat secara merata sesuai kebutuhan; bergerak maju atau mundur (sesuai tipe alat) dengan kecepatan tetap sambil menebarkan agregat sehingga lapisan aspal akan tertutup agregat sebelum terlewati ban truk jungkit sampai persiapan chips habis; (2) penebar agregat harus dilengkapi dengan pengatur bukaan lubang, lebar penebaran agregat untuk mendapatkan volume agregat sesuai dengan kebutuhan; 4) pemadatan dilakukan dengan menggunakan pemadat roda karet dengan lebar tidak kurang dari 1,5 meter dengan kecepatan 5 Km/jam pemadat roda besi

47

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL dapat digunakan bila agregat penutup cukup kuat dan tidak terjadi pecah; 5) peralatan bantu yang digunakan berupa sikat ijuk, roda dorong, sapu lidi, kertas tebal/kertas semen, kapur tulis, cet, kuwas dan rol meter yang berfungsi dengan baik.

Pengendalian Mutu Pengendalian mutu yang harus dilakukan adalan sebagai berikut : 1) agregat yang harus digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal, abrasi, dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2) untuk jalan baru, lapis resap ikat (primr coat) harus diperiksa jumlah dan kerataannya; 3) untuk jalan lama, lapis ikat (tack coat) sudah diperhitungkan pada penyemprotan aspal pertama; 4) temperatur aspal pada tangki aspal distributor harus selalu diperiksa supaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 5) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup atau dengan meletakkan kertas yang berat clan ukurannya sudah diketahui, di atas SNI 03-3979-1995 5 permukaan yang akan disiram, penambahan atau pengurangan jumlah aspal perlu dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan; 6) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat; 7) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan dilakukan; 8) sambungan penyemprotan aspal arah memanjang selebar 20 cm harus diperiksa, tidak boleh dihampar agregat penutup, sehingga penyemprotan tumpang tindih dilakukan dari jalur sebelahnya (lihat gambar 4).

CARA PENGERJAAN

48

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Persiapan Lapangan Sebelum penghamparan dilaksanakan, terlebih dahulu harus disiapkan antara lain : 1) tutup lubang pada permukaan dengan bahan yang memenuhi ketentuan yang berlaku, permukaan yang tidak rata harus diberi lapisan perata; 2) bersihkan permukaan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki misalnya debu dan bahan lainnya dan permukaan harus kering; 3) ukuran panjang dan lebar jalan yang akan diberi lapis pengikat dengan alat aspal distributor; 4) periksa sistem penyaluran air (drainase), harus berfungsi dengan baik; 5) catat temperutur udara lapangan dengan mengambil temperatur lapangan ratarata sehari sebelum penyemprotan dimulai; 6) kalibrasi aspal distributor dilakukan terhadap bukaan nozel, tinggi rendahnya batang penyemprot aspal, lebar batang penyemprot aspal dan kecepatan penyemprot aspal; 7) beri lapis resep ikat pada permukaan jalan yang belum beraspal sebanyak 0,6 1,5 1/m2 sesuai dengan kebutuhan.

Pengangkutan 1) isi truk jungkit dengan agregat sesuai dengan keperluan di lapangan dan ditutup terpal. 2) angkut agregat yang akan ditebar dengan menggunakan truk jungkit yang bersih. 3) angkut aspal ke lapangan dengan menggunakan aspal distributor.

Percobaan Penghamparan Agregat (Proof Section) Lakukan percobaan penghamparan agregat seluas 150 m2 dengan peralatan dan kecepatan tertentu di atas permukaan jalan (tanpa dilapisi aspal), untuk mengkalibrasi kecepatan maju atau mundurnya peralatan penebar agregat, guna memenuhi kebutuhan agregat per m2 sesuai dengan ketentuan. 4.4. Penghamparan Pekerjaan penghamparan meliputi penyiraman aspal dan penaburan agregat.

49

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL SNI 03-3979-1995

Penyiraman aspal 1) panaskan aspal yang digunakan sesuai dengan jenis aspal dan jumlah pengencer, dengan tujuan untuk memperoleh suatu distribusi asal yang seragam kecuali bila menggunakan aspal emulsi; 2) pasang lembaran kertas penutup (kertas tebal atau kertas semen) pada tempattempat penyiraman dimulai dan berakhir, yang diperlukan untuk mendapatkan batas permukaan yang rapih pada awal dan akhir penyemprotan; 3) pasang tanda dengan benang atau kapur atau cat pada batas-batas samping pengaspalan sebagai petunjuk bagi operator; 4) jalankan aspal distributor di atas kertas batas awal dan bentang penyemprot dibuka; aspal distributor bergerak maju dengan kecepatan tetap sesua idengan yang ditetapkan,sampai batas kertas akhir, lalu pipa batang penyemprot ditutup; 5) singkirkan lembaran kertas; 6) koreksi basil penyemprotan aspal yang tidak rata dengan menggunakan semprotan tangan; 7) hitung jumlah pemakaian aspal per m2.

Penebaran Agregat 1) gerakkan penebar agregat bergerak maju atau mundur (sesuai tipe alat) dengan kecepatan tetap sambil menebarkan agregat sehingga lapisan aspal akan tertutup agregat sebelum terlewati ban truk jungkit sampai persediaan agregat hampir habis; 2) tebarkan agregat, segera setelah penyemprotan sehingga lapisan awal tertutup; 3) lakukan koreksi pada tebaran agregat yang kurang atau lebih; 4) periksa jalur yang sudah disemprot aspal, sisi sambungan memanjang aspal selebar 20 cm harus dibiarkan tidak tertutup agregat sehingga pada penyemprotan aspal berikutnya (dari jalur sebelahnya) dapat diperoleh penyemprotan tumpang tindih.

50

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

Pemadatan dan Penyapuan 1) lakukan pemadatan dengan pemadat roda karet dengan kecepatan 5 km/jam sebanyak 4 - 6 lintasan sehingga agregat tertanam dengan baik. 2) gunakan sapu lidi untuk menebarkan kembali agregat sebelum pemadatan selesai pada tempat-tempat yang kelebihan agregat (lebih dari tebal satu batu). 3) bersihkan dengan sapu permukaan jalan dari kelebihan agregat setelah pemadatan. 4) pasang pemisah jalur dan rambu-rambu lalu lintas agar jalan dapat dilalui dengan kecepatan maksimum 20 Km/jam. 5) sesuaikan dengan jenis aspal pengikat yang digunakan, untuk pembukaan lalu lintas kecepatan normal, yaitu : (1) aspal cair MC = 2 x 24 jam. (2) aspal cair RC = 6 jam. (3) aspal emulsi = 4 jam (4) aspal keras = 4 jam. SNI 03-3979-1995

LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH Penebaran agregat penutup agregat : chips spreader, adalah alat untuk menyebar BURTU : laburan aspal satu lapis. Nozel : lobang untuk keluarnya aspal pada penyemprot aspal Indek kepipihan : flakiness index ALD : average least dimension. AGD :average great dimension. bahan tambahan : additive. tongkat celup : dipstick.

51

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL timbangan truk : truk scales. Penebaran agregat penutup : chip spreader. truk jungkit : dump truck. pemadat roda karet : pneumatic tire roller pembakar hembus : Burner jet. Pengukur kecepatan kendaraan : tachometer pengukur tekanan pompa : tachometer pump. termometer suhu : temperature thermometer. batang penyemprot : spray bar. lapis resap ikat : prime coat. lapis ikat : tack coat. percobaan penghamparan agregat : proof section. SNI 03-3979-1995 8 Laburan Aspal Dua Lapis ( BURDA ) UMUM 1. Pengertian Laburan Aspal Dua Lapis adalah lapisan penutup pada permukaan jalan yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal maksimum 35 mm. 2. Fungsi a. Membuat permukaan tidak berdebu b. Mencegah masuknya air dari permukaan perkerasan c. Memperbaiki tekstur permukaan perkerasan

52

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 3. Sifat a. Kedap air b. Kenyal c. Tidak diberi nilai struktural d. Tidak licin e. Digunakan pada jalan yang belum atau yang telah beraspal 4. Penggunaan a. Pelaburan aspal ini umumnya dihampar di atas Lapis Fondasi Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Ikat, atau diatas lapisan beraspal. b. Dapat digunakan untuk lalu lintas ringan sampai berat. PERENCANAAN 1. Bahan Spesifikasi: SNI 03-6750-2002 Agregat a. Agregat yang akan digunakan untuk BURDA harus terdiri dari batu pecah hasil mesin pemecah batu yang berukuran seragam mendekati bentuk kubus; b. Agregat yang akan digunakan untuk BURDA harus lebih bersih, kuat, awet, serta bebas debu, lempung atau bahan lainnya yang mengganggu pelekatan dengan aspal. Mutu

53

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Tabel Persyaratan Mutu Agregat Untuk Burda No 1 2 3 Kelekatan terhadap aspal 4 Gumpalan lempung dan 5 6 7 butir-butir mudah pecah dalam agregat Proporsi butiran tertahan saringan no.4 (4,75mm) tang mempunyai paling sedikit dua bidang pecah Perbandingan panjang rata-rata dengan tebal rata-rata agregat Jumlah agregat berukuran tebal rata-rata agregat 2,5mm Aspal Aspal yang dapat digunakan sebagai bahan BURDA dapat salah satu dari jenis : a. aspal keras jenis penetrasi 120/I50; b. aspal cair jenis MC-800 dan MC-3000; SK SNI M-291993-03 SK SNI M-291993-03 % % 90 2,3 : 1 60 SNI 03-41411996 SNI 1968-1990-F % <5 Jenis Pengujian Abrasi Kehilangan serat dalam sodium sulfat % 95 SNI 04-24391991 Satuan Persyaratan Metode Pengujian % % 40 12 AASHTO T-104 SNI 03-24171991

54

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL c. aspal emulsi kationik jenis CRS-1 dasn CRS-2. Tabel Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 120/150 Untuk Burda Persyaratan No 1 2 3 4 5 6 Kehilangan berat 7 (TFOT) 8 Penetrasi setalah 9 kehilangan berat Daktilitas setelah kehilangan berat Berat jenis SNI 06-2441Kelekatan 91 SNI 06-243991 Catatan : SNI 06-243291 % 95 SNI 06-245691 gram/cc 1 cm 100 AASHTO T179 Jenis Pengujian Penetrasi 25 c 100gr, 5detik Titik nyala COC Daktilitas Kelarutan dalam Trichloroethylene % asli 46 Satuan 0,1 mm c cm % berat % berat Min 120 218 100 99 Max 150 SNI 06-24331,3 91 SNI 06-243291 AASHTO T44 Metode Pengujian SNI 06-245691

55

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL a. Sebagai alternatif, dapat digunakan kekentalan Saybolt Furol dengan persyaratan sebagai berikut : - Untuk MC-800 kekentalan Furol pada 82,2oC = 100 200 detik; - Untuk MC-3000 kekentalan Furol pada 82,2oC = 300 600 detik; b. Bila daktilitas pada suhu 250oC kurang dari 100, bahan dapat diterima kalau daktilitas pada 15,5oC 100; Jumlah bahan Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan atau yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan aspal yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan jumlahnya harus sesuai dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan toleransi sebagai berikut: Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual berikutnya dimulai dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya. Tabel Suhu penyemprotan Jenis aspal Suhu Penyemprotan (C) Pen 120/150 MC 800 MC 3000 Aspal Emulsi Catatan: 130 140 100 115 120 130 Tidak dipanaskan

56

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Kekentalan (viskositas) aspal untuk penyemprotan adalah 0.3 0.6 Poisses Aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam pada suhu penyemprotan seperti ditentukan pada Tabel di atas atau telah dipanaskan melebihi 200 C, harus ditolak. Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi yang kurang menguntungkan atau dalam kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, atau kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 03-2439-1991) tidak memenuhi persyaratan Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping agent) untuk meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal. Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal sampai merata sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan dalam distributor minimum 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen. Alat Jenis alat Manual ketel aspal; kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor; tongkat berskala pengukur volume (dipstick); skop, pahat dan alat bantu lainnya. kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk, dan alat bantu lainnya.

57

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Masinal 1) pembersih permukaan jalan (compressor power broom); 2) penyemprot aspal (asphalt distributor, hand sprayer); 3) penebar agregat penutup (chip spreader); 4) truk jungkit (dump truck); 5) pemadat roda karet (pneumatic tyre roller);

METODE KONSTRUKSI 1. Pelaksanaan a. Persiapan Lapangan Sebelum penghamparan dilaksanakan,terlebih dahulu harus disiapkan antara lain: 1) tutup lubang, permukaan yang tidak rata harus diberi lapisan perata (levelling); 2) bersihkan permukaan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki misalnya debu danbahan lainnya permukaan harus kering; 3) ukur panjang dan lebar jalan yang akan diberi lapis pengikat aspal dengan alat aspal distributor yang mempunyai panjang batang penyemprot minimum 180 m; 4) periksa sistim penyaluran air (drainase) harus berfungsi dengan baik; 5) catat temperatur udara lapangan dengan mengambil temperatur lapangan rata-rata sehari sebelum penyemprotan dimulai;

58

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 6) kalibrasi aspal distributor dilakukan terhadap bukaan nozel, tinggi rendahnya batang penyemprot aspal, lebar batang penyemprot aspal dan kecepatan aspal distributor; 7) beri lapis resap ikat pada permukaan jalan yang belum beraspal sebanyak 0,6 - 1,5 L/m2 sesuai dengan kebutuhan. b. Pengangkutan 1) isi truk jungkit dengan agregat sesuai dengan keperluan di lapangan dan ditutup terpal; 2) angkut agregat yang akan ditebar dengan menggunakan truk jungkit yang bersih apabila pekerjaan persiapan sudah selesai; 3) angkut aspal ke lapangan dengan menggunakan aspal distributor. c. Percobaan Penghamparan Agregat Lakukan percobaan penghamparan agregat seluas 150 m2 dengan peralatan dan kecepatan tertentu di atas permukaan jalan (tanpa dilapisi aspal), untuk mengkalibrasi kecepatan maju atau mundurnya peralatan penebar agregat guna memenuhi kebutuhan agregat per m2 sesuai dengan ketentuan. d. Penghamparan Lapis Pertama Lakukan pekerjaan penghamparan yang meliputi penyiraman aspal dan penaburan agregat. e. Penyiraman Aspal 1) panaskan aspal yang digunakan sesuai dengan jenis aspal dan jumlah pengencer, dengan tujuan untuk memperoleh suatu distribusi aspal yang seragam kecuali bila menggunakan aspal emulsi;

59

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 2) pasang lembaran kertas penutup (kertas tebal, kertas semen) pada tempattempat penyiraman dimulai dan berakhir, yang diperlukan untuk mendapatkan batas permukaan yang rapih pada awal dan akhir; 3) pasang tanda dengan benang atau kapur atau cat pada batas-batas camping pengaspalan sebagai petunjuk bagi operator; 4) jalankan aspal distributor di atas kertas batas awal dan batang penyemprot dibuka; aspal distributor bergerak maju dengan kecepatan tetap sesuai dengan yang ditetapkan, sampai batas kertas akhir, lalu pipa batang penyemprot ditutup; 5) singkirkan lembaran kertas; 6) perbaiki hasil penyemprotan aspal yang tidak merata dengan menggunakan penyemprot aspal (hand sprayer). f. Penebaran Agregat 1) gerakkan penebar agregat penutup (chip spreader) maju atau mundur (sesuai tipe chip spreader) dengan kecepatan tetap sambil menebarkan agregat sehingga lapisan aspal akan tertutup agregat sebelum terlewati ban truk jungkit (dump truck) sampai persediaan chip hampir habis; 2) lanjutkan penebaran agregat segera setelah penyemprotan aspal sehingga seluruh lapisan aspal tertutup dan pada bagian-bagian yang diperlukan penambahan agregat dapat dilakukan penaburan agreget tarnbahan dengan tangan (manual); 3) teburkan agregat pada jalur yang sudah disemprot aspal, sisi sambungan memanjang aspal selebar 20 cm harus dibiarkan tidak tertutup agregat sehingga pada penyemprotan aspal berikutnya (dari jalur sebelahnya) dapat diperoleh penyemprotan tumpang tindih. g. Pemadatan dan Penyapuan

60

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 1) lakukan pemadatan dengan pemadat roda karet dengan kecepatan 5 km/jam sebanyak 4-6 lintasan sehingga agregat tertanam dengan baik; 2) gunakan sapu lidi untuk menebarkan kembali agregat sebelum pemadatan selesai, pada tempat-tempat yang kelebihan agregat (lebih dari tebal satu batu); 3) bersihkan dengan sapu permukaan jalan dari kelebihan agregat setelah pemadatan. h. Penghamparan Lapis Kedua. 1) lakukan penghamparan lapis kedua seperti penghamparan lapis pertama dengan jumlah aspal dan agregat sesuai dengan ketentuan; 2) gunakan agregat dengan ukurun agregat lebih kecil dibandingkan dengan ukuran agregat lapis pertama dengan takaran penggunaan aspal sesuai perencanaan; 3) padatkan agregat lapis kedua dengan menggunakan pemadat roda karet sebanyak 4-5 lintasan; 4) bersihkan dengan sapu permukaan jalan dari kelebihan agregat setelah pemadatan selesai; 5) pasang pemisah jalur dan rambu-rambu lulu lintas dan jalan dapat dibuka dengan kecepatan maksimum 20 km/jam; 6) sesuaikan dengan jenis aspal pengikat yang digunakan, untuk pembukaan lalu lintas kecepatan normal, yaitu : (1) aspal cair MC = 2 x 24jam. (2) aspal cair RC = 6 jam.

61

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL (3) aspal emulsi = 4 jam. (4) aspal keras = 4 jam. 2. Pengawasan a. Bahan 1) agregat yang digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal,abrasi dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ; 2) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup (dipstick) atau dengan meletakkan kertas yang berat, dan ukurannya sudah diketahui, di atas permukaan yang akan disiram; penambahan atau pengurangan jumlah aspal perlu dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan; 3) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat; 4) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan dilakukan. b. Alat Manual 1) Ketel aspal. Ketel aspal untuk menyimpan dan memanaskan aspal harus mempunyai kapasitas yang cukup, paling sedikit untuk satu hari pekerjaan, ketel harus dilengkapi dengan alat pembakar hembus, termometer pengukur suhu dan alat yang dapat mengukur secara teliti setiap volume aspal di dalamnya dan harus dapat mengalirkan semua aspal yang ditampungnya.

62

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 2) Tongkat besi untuk kalibrasi aspal distributor dengan ukuran bagian dalam, panjang 240 cm, lebar 25 cm, dan tinggi 120 cm harus dapat menampung aspal panas yang disemprotkan aspal distributor dalam waktu dan tekanan pompa tertentu, dan harus dilengkapi dengan kran untuk mengalirkan semua aspal yang ditampungya. 3) Tongkat berskala. Tongkat berskala harus lurus, kaku dan tahan panas untuk mengukur volume aspal dalam kotak besi, dengan cara membaca angka pada tongkat sampai batas permukaan setelah dicelupkan kedalam aspal secara vertikal sampai menyentuh dasar kotak besi berisi aspal, pembacaan dilakukan pada setiap sudut dan tengah kotak, volume aspal dalam kotak adalah rata-rata pembacaan. 4) Peralatan bantu Peralatan bantu yang digunakan berupa sikat ijuk, roda dorong, sapu lidi, kertas tebal/kertas semen, kapur tulis, cat, kuwas, dan rol meter harus dapat berfungsi dengan baik. Masinal 1) Aspal distributor a. aspal distributor sebelum digunakan harus dikalibrasi agar penyemprotan aspal pada permukaan jalan merata sesuai penggunaan takaran yang direncanakan. b. takaran penggunaan harus dalam batas-batas toleransi 5%, maka alat-alat pengukur harus dikalibrasi antara lain: - kecepatan kendaraan. - tekanan pompa. - termometer suhu.

63

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL - tongkat berskala pengukuran volume. c. batang penyemprot harus dilengkapi dengan pengatur tinggi dan lebar permukaan yang akan disemprot. d. Sudut nozel harus disetel secara cepat supaya bentuk semprotan sama, sehingga disribusi penggunaan aspal merata. e. Tachometer harus kelihatan dengn jelas oleh operetor aspal distributor. f. Timbangan truck. 2) Timbangan truck biasanya dipasang di lokasi penyimpanan bahan, harus dari jenis batang standar (standard beam type), mempunyai kapasitas yang cukup untuk menimbang semua jenis truk digunakan dalam pengangkutan agregat dan aspal distributor, dan mampu menimbang secara teliti pada pembebanan antara10 kg beban total. 3) Penyemprot aspal manual Penyemprotan aspal manual digunakan hanya untuk menyemprotkan aspal pada bagian permukaan jalan yang tidak bisa dengan aspal distributor atau pada bagian yang tidak rata. Sebelum digunakan harus dicoba dengan ketinggian dan kecepatan bergerak untuk dapat diperoleh takaran pemakaian aspal sesuai dengan aspal yang disyaratkan. 4) Penebar agregat peutup a. Alat penebar agregat harus dapat menebar agregat secara merata sesuai kebutuhan, bergerak maju atau mundur (sesuai alat penebar agregat) dengan kecepatan tetap sambil menebarkan agregat sehingga lapisan aspal akan tertutup agregat sebelum terlewati ban truk jungkit sampai persiapan habis.

64

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL b. Penebar agregat harus dilengkapi dengan pengatur bukaan lubang, lebar penebaran agregat untuk mendapatkan volume agregat sesuai dengan kebutuhan. c. Penghamparan agregat harus segera dilaksanakan langsung setelah penyemprotan aspal pada saat itu juga, sehingga seluruh lapisan aspal tertutup, pada bagianbagian yang perlu penambahan agregat dapat dilakukan dengan menaburkan agregat cara manual. 5) Pemadat Pemadatan harus menggunakan pemadat roda karet dengan lebar tidak kurang dari 1,5 meter dengan kecepatan 5 km/jam sebanyak 4-6 lintasan, segera setelah penebar agregat penutup ditebarkan; pemadat roda besi dapat digunakan bila agregat penutup cukup kuat, dan tidak terjadi pecah. 3. Kualitas pekerjaan terhadap: a. Biaya 1) Pengukuran Untuk Pembayaran a) Pengukuran Aspal 1) Aspal harus diukur untuk pembayaran dalam satuan liter sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima pada setiap lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, dikoreksi terhadap pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15 C. 2) Volume nominal harus didefinisikan sebagai luas permukaan yang telah disemprot dengan aspal. Untuk pembayaran, takaran pemakaian nominal aspal untuk setiap lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, harus diambil yang lebih kecil dari ketentuan di bawah ini:

65

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL - Takaran pemakaian yang telah diperintahkan Direksi Pekerjaan, ditambah toleransi yang diperkenankan Spesifikasi ini. - Takaran rata-rata pemakaian yang telah disemprot dan diukur sesuai dengan Spesifikasi ini. - Pengukuran Agregat BURDA yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah diberi BURDA dan telah selesai dan diterima sesuai Spesifikasi ini dan Gambar Rencana. - Pengukuran Perbaikan Pekerjaan. Bila perbaikan pekerjaan pelaburan yang tidak memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas tambahan atau pengujian ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut. 2) Dasar Pembayaran Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang telah tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran itu harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh bahan, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan biaya tidak terduga yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini. b. Mutu Pengendalian mutu yang harus dilaksanakan sebagai berikut: Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

66

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 1) agregat yang digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal,abrasi dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ; 2) untuk jalan baru, lapis resap ikat harus diperiksa jumlah dan kerataannya ; 3) untuk jalan lama lapis ikat, sudah diperrhitungkan pada penyemprotan aspal 4) pertama; 5) temperatur aspal pada aspal distributor harus selalu dijaga, supaya sesuai dengan 6) persyaratan yang ditetapkan ; 7) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup 8) (dipstick) atau dengan meletakkan kertas yang berat, dan ukurannya sudah 9) diketahui, di atas permukaan yang akan disiram; penambahan atau pengurangan 10) jumlah aspal perlu dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan; 11) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat 12) dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat; 13) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan 14) dilakukan; 15) periksa pada sambungan penyemprotan aspal arah memanjang selebar 20 cm 16) tidak bolehh dicampur agregat penutup, sehingga penyemprotan tumpang tindih 17) dilakukan dari jalur sebelahnya.

67

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL 4. Dilaksanakan oleh: Kontraktor 1) Pelaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 2) keselamatan para pelaksna dan pengawas serta masyarakat yang sedang berada 3) dalam daerah pekerjaan; 4) masalah lingkungan; 5) kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan; 6) pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik; 7) penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada malam hari; 8) efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan normal

68

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, 2001. Pengaruh Variasi Suhu Perkerasan Terhadap Modulus Elastisitas Dan Angka Poisson Campuran Beton Aspal Yang Menggunakan Aspal Keras AC 60/70 Merek Pertamina Dan Aspal Keras AC 60/70 Merek Esso, Tesis S-2 MSTT UGM. Ahmad Purwadi, Nawawi, 1995. Kesalahan Umum Penerapan SMA Selama Ini Dan Langkah langkan Perbaikan Yang Harus Dilakukan, Makalah KRTJ 4 Padang. Ansori, 2000. Pengaruh Peningkatan Jumlah Tumbukan Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Panas Agregat Berdasarkan Uji Marshall, Tesis S-2 MSTT UGM. Dadang Mohamad, 1998. Model Peramalan Kondisi Perkerasan Jalan, Majalah Jalan, HPJI. Dasat Widodo, 1999. Aspal Sebagai Bahan Perkerasan Jalan, Kopertis Wil VI Jateng. Departemen Pekerjaan Umum, 1992. Buku 3 Spesifikasi Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum, 1999. Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas Dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. Djoko Moerwono, 1998. Perancangan Prasarana Transportasi, MSTT UGM. Heukelom W and Wijga PWO, 1970. Bitumen Testing. Mahboub K., D.N. Little Jr. 1991, An Improved Asphalt Mix Design Procedure, Journal of the Asphalt Paving Technologists, Vol. 60. Muhammad Ali Akbar, 2000. Evaluasi Nilai Struktural Aspal Minyak (Pertamina) Dengan Modifier Bitumen Asbuton, Tesis S-2 MSTT UGM. Oglesby, CH, 1975. Highway Engineering, John Wiley and Sons, New York. Pusat Pelatihan MBT, 1997. Quality Control Asphalt Concrete, Bandung. Shirley L Hendarsin, 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politek Bandung. Silvia Sukirman, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova.

69

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

Resume 1 Bahan Bangunan ASPAL Sudjana, 1996. Metoda Statistika, Tarsito Bandung. The Asphalt Institute, 1983. Asphalt Technology and Construction Practices, Educational Series No.1 (ES-1) Second Edition. The Asphalt Institut, 1970. Thickness Design, Manual Series No. 1.

70

Suhartono Wijaya 4-SIC Transportasi

También podría gustarte