Está en la página 1de 4

Teknik fotografi memotret sunrise, sunset dan twilight + setting kamera

by ENCHE TJIN on JULY 1, 2013


Memotret sunrise dan sunset (sebenarnya gak ada bedanya dari sisi fotografi, yang
beda cuma sunrise lebih dingin dan sepi daripada sunset, dan yang satu terbit dan
yang lainnya tenggelam he he he). Persiapan yang dibutuhkan tentunya adalah
memeriksa lokasi di hari sebelumnya, arah matahari dan sebagainya. Peralatan
utama yang dibutuhkan adalah kamera, tripod, dan senter.

Setelah tiba dilokasi, hal yang pertama dilakukan tentunya mencari lokasi yang
bagus dan aman untuk memotret. Setelah ketemu, baru pasang kamera di tripod.
Kalau bisa jangan kebalikannya, kalau keburu pasang tripod dulu biasanya kita
sudah malas bergerak mencari posisi yang lebih bagus.

Mode dan setting exposure kamera

Mode kamera yang saya gunakan adalah mode manual (M). Pastikan AUTO ISO
dalam kondisi OFF. Rugi dong, kalau ternyata AUTO ISO kamera memilih ISO yang
terlampau tinggi karena mendeteksi pencahayaan yang gak begitu terang. Setelah
itu saya akan set ISO rendah, sekitar 100/200 (tergantung kamera masing-masing).
Dengan ISO rendah, kualitas fotonya paling bagus :)

Bukaan favorit saya adalah sekitar f/8 sampai f/16. Dengan bukaan yang relatif
kecil, ruang tajam menjadi besar dan pemandangan yang luas bisa tajam semua.
Setelah itu, saya tinggal atur shutter speed sampai lightmeter jatuh di titik nol saat
saya menekan setengah tombol shutter/jepret. Biasanya shutter speed akan jatuh
lebih lambat dari satu detik sesaat sebelum matahari terbit.

(Sumber bacaan: Untuk mengenal istilah fotografi seperti mode kamera, ISO,
bukaan dll silahkan mampir ke halaman top post kategori dasar fotografi)

Untuk fokusnya, saya mencoba autofokus, tapi kalau langit masih gelap dan kamera
gagal mengunci fokus, saya akan set lensa/kamera ke manual fokus, dan
mengunakan live view (komposisi dengan layar LCD) dan kemudian mencari fokus
dengan memutar barrel fokus di lensa.

Lalu saya akan mengambil test shot, kalau terlalu terang atau gelap, saya akan
ganti nilai shutter speednya supaya hasilnya sesuai keinginan saya. Asyiknya
kamera digital jaman sekarang memberikan hasil foto langsung di layar LCD jadi
tidak ada salahnya mencoba-coba setting yang berbeda-beda.

Idealnya mengunakan self-timer atau exposure delay supaya saat kita menekan
tombol shutter, kamera tidak goyang dan hasil foto tajam. Remote dan cable
release, dua aksesoris pembantu dapat membantu.

Kalau pemandangannya mencakupi sesuatu yang bergerak, contohnya ada orang


seperti nelayan, fotografer, satwa, dll, maka shutter speednya gak boleh terlalu
lambat (lebih dari satu detik) karena subjek yang bergerak itu akan tidak tajam.
Kalau bisa, kita gunakan shutter speed cukup cepat, contohnya 1/15 detik atau
kalau bisa 1/100 detik lebih ideal lagi. Untuk mendapatkan shutter speed cepat
tanpa membuat hasil foto gelap, naikkan nilai ISOnya.

Filter atau tidak?

Filter seperti GND (graduated neutral density) biasanya digunakan untuk


menyeimbangkan pencahayaan langit dan bumi saat sunset dan sunrise. Saya
sendiri sukanya tidak mengunakan filter GND dan membiarkan bagian foreground
gelap/siluet. Supaya kesannya lebih alami dan bentuk-bentuknya lebih menonjol.
Alasan lain adalah tanah di tepi danau itu kotor, banyak sampah plastik bekas turis :
( Dan alasan lainnya, filter GND repot dipasang dan yang berkualitas tinggi cukup
mahal dan mudah rusak.

Alternatif lain jika ingin langit dan buminya seimbang yaitu mengaktifkan fitur yang
dinamakan Active D Lighting (Nikon), Auto lighting optimizer (Canon). Ada juga
kamera yang kini memiliki fitur Built-in HDR. Saat fitur ini aktif, kamera akan
otomatis membuat dua gambar dan menggabungkannya langsung menjadi satu.

Cara lainnya yaitu membuat dua atau lebih dari dua foto yang terang gelapnya
berbeda-beda lalu menggabungkannya dengan software pengolah HDR seperti
Photomatix atau Photoshop CS. Saat mengunakan teknik HDR, kita wajib
mengunakan tripod supaya foto akhir tidak berbayang dua.

Keterangan foto di atas

Foto diatas saya buat saat tur fotografi di daerah Pangalengan, Jawa Barat. Pagipagi sekitar jam 5.30 WIB. Saat ini biasanya disebut twilight hour / blue hour,
menjelang matahari terbit. Secara komposisi saya mencoba membuat komposisi
yang seimbang dengan adanya dua pohon disebelah kiri dan kanan. Siluet
fotografer dan perahu diseimbangkan dengan dua perahu di sebelah kanan. Lensa
lebar digunakan untuk membuat kesan luas berdimensi.

ISO 200, f/8, 1/2 detik, 16mm, kamera full frame (10mm untuk kamera bersensor
APS-C), krop dengan aspek rasio 16:9

Saya mengunakan ISO 200 supaya saya bisa mendapatkan shutter speed 1/2 detik,
cukup supaya orang-orang ditepi danau tidak blur, dan kualitas foto masih terjaga.

Keterangan foto dibawah

Foto dibawah kondisi sudah sangat gelap karena matahari sudah tenggelam sekitar
jam 18.15. Untuk membekukan gerakan nelayan yang sedang menjala ikan, saya
mau gak mau harus pakai shutter speed tinggi. Caranya saya naikkan ISO ke 6400
kemudian gunakan bukaan terbesar, yaitu f/1.4. dan dari dua setting tersebut, saya
mendapatkan shutter speed 1/125 detik. Lumayan untuk membekukan subjek foto.

Selain nelayan, saya memasukkan elemen foreground yaitu pohon di tepi waduk
Jatiluhur. Lampu-lampu kuning dan refleksinya dari seberang waduk yang
memberikan efek visual tambahan yang menurut saya cukup menarik.

ISO 6400, f/1.4, 1/125 detik, 85mm (di full frame, kira-kira 60mm di sensor APS-C),
krop dengan aspek rasio 16:9

También podría gustarte